Friday, February 5, 2016

Tumpak Sewu, Lumajang Part-2



Setelah meninggalkan Puncak B-29, kami melanjutkan perjalanan menuju Tumpak Sewu. Letaknya persis berada di mana tidak seorangpun dari kami yang tahu, termasuk 3 orang driver kami. Sambil mobil kami melaju, kami bertanya kepada warga lokal di sepanjang jalan, namun tidak jarang kami menemukan warga yang juga tidak tahu menahu tentang air terjun ini.
Mendekati sebuah pasar tradisional, tiba-tiba salah satu jeep rombongan kami as rodanya patah. Sehingga kami terpaksa harus berhenti dan beristirahat di tepi jalan sambil menunggu perbaikan. Beruntung saat kejadian, kebetulan ada bengkel las di depan pasar. Dan kamipun memanfaatkan waktu tunggu ini untuk makan bakso di sebuah warung yang letaknya tidak jauh dari bengkel itu. Enjoy saja daripada menggerutu.
Setelah Jeepnya berhasil diperbaiki, kami melanjutkan perjalanan secara berkonvoi menuju Goa Tetes. Akhirnya kami berhasil mendapatkan informasi dari seorang warga bahwa Tumpak Sewu itu satu pintu masuk dengan Goa Tetes yang berada di Desa Sidomulyo, Kecamatan Pronojiwo.
Tiba di Goa Tetes waktu sudah menunjukkan pukul 14.30. Padahal tempat ini tutup jam 4 sore. Sedikit agak sore memang, karena banyak waktu yang sudah terbuang saat kami harus berhenti di depan pasar tadi. Dan untuk mencapai air terjun Tumpak Sewu konon masih jauh dan butuh waktu sekitar 3 jam untuk pulang pergi. Kami hanya tahu bahwa kami harus berjalan melewati Goa Tetes, selebihnya gambaran tentang kondisi medan dan bagaimana jalan menuju Tumpak Sewu sama sekali tidak jelas.





Menurut petugas di sana, untuk pergi ke Tumpak Sewu pada umumnya pengunjung berangkat pada pagi hari. Karena begitu tiba di sana sinar matahari turun pas di atas air terjun ini. Konon situasi seperti itu indah sekali. Tetapi sesuai rencana, besok pagi kami sudah harus pulang. Akan tetapi bukankah air terjun Tumpak Sewu ini merupakan salah satu tujuan utama kami dalam trip kali ini. Apakah kami harus menyerah begitu saja dan pulang dengan sebuah kekecewaan? Galau memang.
Sisa waktu hanya tinggal 1-1/2 jam dan medan di depan seperti apa kami benar-benar tidak jelas. Tetapi ada keinginan yang mendesak dan dorongan yang begitu besar dari dalam untuk segera mengeksekusinya. Akhirnya saya dan Dudi memutuskan untuk tetap lanjut meskipun langit sedikit mendung. Dan dengan mengambil keputusan ini kami harus siap dengan segala tantangan di depan, dan apapun resiko pada setiap detik berikutnya karena kami benar-benar tidak tahu kondisi alamnya saat itu.
Sampai di depan Goa Tetes, papan petunjuk jalan menuju Tumpak Sewu mengarah ke aliran air terjun yang berada di bawah Goa Tetes. Wow! Ternyata tidak ada jalan. Saya hampir tidak percaya bahwa satu-satunya cara untuk mencapai ke dasar lembah adalah dengan memegang tali yang terbuat dari ban bekas dan turun mengikuti jalur air terjun.
Cara ini tentu sangat berbahaya jika terpeleset ataupun terseret terjangan air terjun yang begitu deras. Ini juga membutuhkan perjuangan dan sikap ekstra hati-hati. Apalagi jika turunnya di saat debit air sedang kencang. Saya sempat berpikir untuk menyerah, lanjut tidak, lanjut atau tidak. Tetapi badan sudah basah dan kepalang tanggung. Di samping itu selain ditemani Dudi juga ada Ela dan Tikha. Ya sudahlah lanjut saja, yang penting kami harus senantiasa waspada. Tuhan memberkati


Foto: Tikha 

Tiba di dasar lembah, ternyata ada sungai yang deras. Lembah ini lebih mirip sebuah ngarai yang panjang dan sempit, dengan kedua sisi berupa tebing yang sangat tinggi dan curam. Suasananya sangat sepi, namun indahnya ngarai ini benar-benar dahsyat dan membuat saya terkesima saat berada di dasar, dan larut dalam sebuah kekaguman.
Benar-benar takjub karena di kedua sisinya terdapat banyak sekali air terjun, dengan karakter yang berbeda-beda. Dan seketika itu juga saya lupa akan medan yang sangat berbahaya yang baru saja kami alami tadi. Belum pernah saya menemukan kumpulan beberapa air terjun yang letaknya berdekatan dan berada di dalam satu kawasan. Dan saya yakin anda mungkin tidak akan percaya sampai anda menyaksikannya sendiri.













Meskipun demikian, menurut pengamatan saya ngarai ini menyimpan bahaya yang sangat besar terutama di saat hujan lebat. Ada kemungkinan bisa terjadi banjir bandang akibat tumpahan air berkekuatan besar, jika debit air pada aliran hulu sungai di atas air terjun meluap. Dalam kondisi cuaca normal, aliran sungainya saja sudah sangat deras.

Jadi, jika anda ke Tumpak Sewu dan memilih mengambil jalur ini. Sebaiknya melihat kondisi cuaca dan ekstra hati-hati tentunya.






Di ujung ngarai ini adalah jalan buntu. Dan di situlah lokasinya Air terjun Tumpak Sewu berada. Sangat dahsyat, dan saya benar-benar takjub saat melihatnya. Air terjunnya berderet mengikuti lengkungan tebing di ujung ngarai ini, dan sangat tinggi. Dengan kekuatan airnya tumpah ruah kencang sekali. Percikan air dengan butiran air berterbangan di udara sudah bisa kami rasakan dari jarak dua ratus meter sebelum lokasi air terjun. Benar-benar sulit untuk mengambil foto di tempat ini karena lensa kamera selalu basah, kecuali anda membawa kamera tahan air.





Karena sudah sore dan sepi, perasaannya agak spooky. Untuk kembali ke Goa Tetes jaraknya cukup jauh, dan jika mengingat medannya yang begitu berbahaya sebaiknya kami mencari jalan alternatif lain untuk bisa keluar dari lembah ini, sebelum langit berubah menjadi gelap. Dan ternyata di tebing sebelah kiri ada akses untuk keluar dari tempat ini. Akses ini berupa tangga bambu yang diikat pada tebing, posisinya tegak lurus, dan kita harus memanjat dari dasar lembah hingga ke atas. Catat, kami harus memanjat tangga bambu dengan posisi tegak lurus, dari dasar lembah hingga ke atas. Terus terang, dengan membayangkannya saja kaki saya sudah terasa lemas, karena pasti sangat menguras tenaga, di samping itu tentu juga beresiko.
Dan kami memutuskan untuk mengambil tantangan ini karena kami tidak ingin mengulangi jalur yang sama sebagaimana yang kami alami saat kami datang. Dan pada kenyataannya akses tangga bambu memang benar sama berbahayanya, karena posisinya berdiri tegak lurus dan tidak menggunakan alat pengaman. Menurut penjaga warung di Bendosari, pada bulan Agustus lalu seorang anak muda terjatuh di tangga ini dan meninggal.


Foto : Ela 

Meski demikian di beberapa titik jalur ini merupakan spot yang sangat indah untuk menikmati air terjun ini. Dan berikut ini adalah foto-fotonya.









Begitu tiba di atas, badan terasa capek sekali dan lemas. Seluruh energi sudah habis terkuras. Ini benar-benar ekstrim dan berbahaya. Pastikan anda sanggup melakukannya. Jika ragu-ragu, sebaiknya jangan turun. Cukup dengan menikmati dari atas saja. 


Coban Sewu atau Tumpak Sewu?
Coban Sewu dan Tumpak Sewu sebenarnya adalah air terjun yang sama. Yang memberi nama Tumpak Sewu konon adalah seorang bupati dari Lumajang. Dan yang menemukan dan mempopulerkan air terjun ini konon juga dari pemerintahaan daerah Lumajang.

Namun sekarang, pemerintahan Malang mengklaim bahwa letaknya air terjun ini sebenarnya berada di Kecamatan Ampelgading, tepatnya di desa Bendosari. Yang mana adalah wilayah Kabupaten Malang. Sehingga pihak Malang pun segera mendeklarasikan nama Coban Sewu dan membuat akses tangga bambu ini sebelum liburan Idul Fitri tahun lalu.
Jika kita masuk lewat Goa Tetes, begitu kita tiba di depan air terjun, kita akan dicegat oleh petugas dari Coban Sewu dan diminta untuk bayar lagi karcis masuk. Sehingga kami harus membayar 2 kali. Namun jika kita masuk via Bondosari kita hanya dipungut sekali saja biaya masuknya.
Di mana fungsi instansi kepariwisataan negara?
Aset alam yang begitu indah dan dahsyat seharusnya segera ditangani oleh negara, lewat instansi kepariwisataan yang bersangkutan. Dan sebaiknya segera dibangun sarana yang permanen dan memadai untuk menuju lokasi, bukan fasilitas ala kadarnya seperti sekarang ini.

Tentu perebutan kepemilikan atas air terjun ini, yang melibatkan 2 desa, 2 kabupaten ini jangan dibiarkan berlarut-larut. Yang pada akhirnya dikhawatirkan akan membawa dampak buruk pada kelestarian sebuah air terjun, yang begitu indah dan langka.
Ada 3 akses untuk menuju air terjun :
  • Lewat Goa Tetes sebagaimana yang saya sudah ceritakan di atas. Tentu ini cara yang paling adventure, dan yang paling memacu adrenalin anda. Karena ini membutuhkan usaha yang ekstra keras. Tidak tanggung-tanggung kita terpaksa menuruni air terjun dan menyeberangi sungai dengan aliran yang sangat deras. Namun semua ini terasa cukup exciting sebenarnya dan sangat menguji nyali. Bagi anda yang suka dengan tantangan, tentu ini tempatnya dan layak dicoba.
  • Lewat jalur resmi di Desa Sidomulyo, sisi Lumajang. Tempat ini letaknya berdekatan dengan dengan Goa Tetes dan merupakan view point yang cukup strategis. Seandainya jika kami tahu ada jalur resmi ini, kami tentu tidak perlu bersusah payah menuruni anak tangga hingga ke Goa Tetes dan mengambil jalur yang begitu ekstrim. Selain menikmati air terjun dari pinggir tebing, ternyata di sisi ini juga tersedia tangga bambu untuk turun ke dasar lembah. Konon tangga bambu di lokasi ini, kondisinya lebih bersahabat jika dibandingkan yang di seberangnya yaitu Desa Bondosari. 
  • Lewat Desa Bondosari, Ampelgading sisi Malang. Akses ini kondisinya hampir sama dengan jalur resmi di Desa Sidomulyo. Bedanya satu di sisi kiri, dan yang lainnya berada di sisi kanan. Di tempat ini kita juga bebas memilih untuk sekedar menikmati keindahan air terjun dari pinggir tebing saja, atau turun ke dasar lembah dan bermain di bawah air terjun. Akses ini juga sudah saya singgung di bagian atas, baca lagi dan lihat fotonya pada paragraf-paragraf sebelumnya.

Saya pribadi sangat mendambakan pemerintah segera mengambil alih pengelolaan air terjun yang super indah dan dahsyat ini. Ini aset kita, ini suatu anugerah dari Sang Maha Kuasa untuk bangsa ini. Biar kelestariannya terjaga dan lebih banyak lagi orang dapat menikmatinya.

Meninggalkan air terjun Tumpak Sewu, kami melanjutkan perjalanan menuju tempat perkemahan di bawah kaki Gunung Semeru. Persisnya di mana ? Tidak ada yang tahu. Lalu kembali lagi kami bertanya-tanya hingga akhirnya kami memperoleh informasi dari warga setempat bahwa tempat yang kami cari itu tidak diperkenankan untuk berkemah karena jalurnya masih sangat berbahaya.
Gunung Sawur. 
Lalu ke mana kami harus pergi malam itu. Akhirnya salah seorang warga desa itu memandu kami menuju Gunung Sawur. Tempat ini adalah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sekaligus pos pemantauan aktivitas Gunung Semeru. Dan letaknya tidak jauh dari jalur lahar. Malam itu kami mendirikan kemah dan bermalam di situ.


Bangun pagi-pagi udara sangat segar dan agak dingin. Namun apa yang kami risaukan semalam bahwa kemungkinan besar kami tidak bisa menikmati pemandangan Gunung Semeru, ternyata adalah kekhawatiran yang berlebihan. Karena Gunung Semeru berada persis di sisi kiri kami. Dan sangat jelas. Mungkin karena semalam berkabut atau Gunung Semeru tertutup awan, sehingga semburan pijar lahar tidak terlihat. Ini adalah sisi lain dari Gunung Semeru, wujudnya berbeda dibandingkan saat saya melihatnya di tengah jalur trekking menuju Ranu Kumbolo. Takjub.



Tidak berselang lama, Gunung Semeru tertutup awan dan kabut. Kami memutuskan untuk segera turun setelah selesai sarapan. Target kami berikutnya adalah berfoto-foto di jalur lahar Gunung Semeru sebelum kami meninggalkan Lumajang dan kembali ke Kota Malang. Dan kami akan naik pesawat sore kembali ke Jakarta.









End.



Puncak B-29, Lumajang Part-1
http://johntravelonearth.blogspot.co.id/2016/02/puncak-b-29-lumajang-part-1.html

Tokyo, Japan Trip Part-6A
http://johntravelonearth.blogspot.co.id/2016/02/tokyo-japan-trip-part-6a.html

Cherry Blossom In Osaka, Japan Trip Part-1
http://johntravelonearth.blogspot.co.id/2016/01/cherry-blossom-in-osaka-japan-trip-part.html

Hiroshima & Miyajima, Japan Trip Part-2
http://johntravelonearth.blogspot.co.id/2016/01/hiroshima-miyajima-japan-trip-part-2.html

Kyoto, Japan Trip Part-3
http://johntravelonearth.blogspot.co.id/2016/01/kyoto-japan-trip-part-3.html

Shirakawa-go, Japan Trip Part-4
http://johntravelonearth.blogspot.co.id/2016/01/shirakawa-go-japan-trip-part-4.html

Kathmandu, Nepal

Xiahe, " A Little Tibet " The Majestic Of Gansu Part-2

Ganjia Grasslands, The Majestic Of Gansu Part-1

Danxia "Rainbow Mountain", The Majestic Of Gansu Part-3

Southwest Sumba & Treasure Part - 1

No comments:

Post a Comment