Friday, October 16, 2015

West Sumba - Nature & Culture





Tiba di Waikabubak, ibu kota kabupaten Sumba Barat sekitar pukul 11 siang. Kami memilih untuk cek-in terlebih dahulu di Hotel Manandang, sebelum memulai eksplorasi kami ke beberapa obyek di Sumba Barat ini, yang sudah kami rencanakan sebelumnya.

Berhubung sulit untuk mendapatkan restoran di tempat yang terpencil, kami memutuskan untuk makan siang lebih awal di Restoran Masakan Padang di tengah kota Waikabubak. Masakannya enak, dan tidak heran karena pemilik restoran ini dan kokinya ternyata memang asli dari Pariaman, Sumatera Barat.


Ini buah Sawo putih khas Sumba Barat, kami membeli buah ini dari pedagang keliling saat kami sedang berada di restoran. Rasanya manis dan wangi.


Setelah selesai makan siang, kami langsung menuju air terjun Lapopu. Di sepanjang menuju Taman Nasional Manupeu-Tana Daru, kami banyak menemukan savanna dan pemandangan yang indah. Sayang kami harus mengutamakan spot air terjun dulu, karena setelah itu kami memiliki agenda ke Savana Lamboya, sehingga savana yang kami temukan di sepanjang jalan terpaksa diabaikan saja. Hal ini dikarenakan waktu kami di Sumba Barat lebih singkat, jadi kami harus benar-benar bisa mengatur waktu dengan baik, agar semua agenda yang telah direncanakan dapat terealisasikan.

Air terjun Lapopu
Air terjun Lapopu tidak terlalu sulit untuk dijangkau. Saat kami berjalan kaki menyusuri tepi sungai yang dangkal, kami sudah bisa melihat air terjun Lapopu dari kejauhan. Air terjun ini sebenarnya cukup tinggi, namun sayang beberapa pohon yang tumbuh subur di tengah-tengah air terjun cukup mengganggu dan menghalangi pandangan. Hal ini tentu sangat mengurangi keindahan air terjun itu sendiri.
















Alangkah baiknya jika pihak berwenang dari Taman Nasional Manupeu-Tanah Daru atau departemen terkait mau mempertimbangkan penebangan beberapa pohon yang berada di tengah-tengah air terjun ini, sebelum pohon-pohon itu tumbuh menjadi lebih besar.

Savana Lamboya
Saat kami tiba di Savana Lamboya, rumputnya sudah terlalu kering dan gundul. Namun keindahan sawah yang berada di bawahnya benar-benar menyejukkan hati di tengah panas dan gersangnya savana ini. Perpaduan bukit savana yang gersang dengan keindahan sawah di bawah sana, meski tidak seindah apabila savana Lamboya ini berada dalam kondisi yang prima sebagaimana semestinya. Tetapi secara garis besar pemandangan seperti ini terasa sudah cukup, dan setidaknya mampu mengobati kekecewaan.







Pantai Kerewei
Pantai Kerewei letaknya berdekatan dengan Savana Lamboya dan dari pantai ini kita bisa melihat Nihiwatu Resort dari kejauhan. Pantai ini melengkung dengan garis pantai yang lumayan panjang. Di sisi kanannya terdapat bongkahan batu karang yang sangat unik.





Di spot ini kita bisa berfoto di bawah karang yang bolong. Namun sebagaimana anda tahu bahwa saya tidak akan puas jika tidak memanjat ke atas karang dan mengambil foto di tempat itu. Ini adalah foto-fotonya.






Setelah puas mengambil foto di karang bolong itu, kami beristirahat sejenak di pantai sambil menikmati kelapa muda yang ditawarkan oleh anak-anak dari desa terdekat. Harganya Rp 5.000 per kelapa. Kali ini air kelapanya benar-benar terasa jauh lebih manis dan segar dari biasanya. Barangkali ini hanya perasaan saya saja, karena kami sudah sangat haus sebagai akibat dari suhu udara yang ekstrim.


Pantai Tentena
Pantai Tentena berada di desa Hoba Jangi, kecamatan Wanokaka. Di pantai ini setiap tahun diadakan ritual Pajura, salah satu tradisi Sumba yaitu adu tinju para pemuda antar desa dan dilakukannya pada tengah malam. Untuk menuju pantai ini, kita harus menuruni tangga beton yang sudah dibangun tidak lama ini. Konon di pantai ini terdapat sebuah batu berlobang mirip jendela, namun kami tidak berhasil menemukannya.
Di tempat ini kami hanya menemukan sebuah goa horizontal, tetapi hanya beberapa meter saja kedalamannya, dan juga pantai yang berbatu.











Di Waikabubak kami hanya menginap semalam. Keesokan paginya setelah kami cek-out dari Hotel Manandang , kami mengunjungi 2 Desa Adat sebelum kami meninggalkan Sumba Barat dan melanjutkan perjalanan menuju kota Waingapu di Sumba Timur.

Desa Tarung
Sumba Barat Daya dan Sumba Barat dulu adalah satu kabupaten, yaitu kabupaten Sumba Barat sebelum pemekaran di tahun 2007. Sebagaimana halnya dengan Sumba Barat Daya, Sumba Barat ini juga masih memelihara dengan baik budaya aslinya. Di kabupaten ini paling tidak ada 3 Desa yang masih terpelihara dengan baik dan dibuka untuk wisatawan. Salah satunya adalah Desa Tarung ini.

















Banyak kerajinan tenun ikat di desa ini, corak dan warnanya berbeda dengan tenun ikat yang berasal dari Sumba Timur. Jika anda menemukan ada kain yang diminati, sebaiknya dibeli bila harganya cocok. Karena jaraknya cukup jauh jika kita sudah tiba di Sumba Timur, dan akan memakan biaya yang tidak sedikit untuk balik lagi ke desa ini.


Desa Praiijing
Selain Desa Tarung, Desa Praiijing juga menarik untuk dikunjungi. Dari kejauhan desa ini sangat mirip dengan Desa Bena di Bajawa, Flores.









Di sepanjang perjalanan dari Waikabubak menuju Waingapu, pemandangannya beragam dan sangat menakjubkan. Tentu kesempatan ini tidak kami lewatkan untuk turun dan mengambil gambar. 












Spot ini saya beri nama Bukit Pangeran, karena di atas bukit terbaring seorang pangeran yang sedang tidur.

Lihat, pangeran sedang tidur. Bukit ini letaknya setelah Bukit Warinding.

Oh ya, ada satu hal mungkin penting untuk diketahui bahwa suhu udara di Sumba secara keseluruhan pada siang hari memang sangat panas, tetapi suhu udara di malam hari dan pagi cukup dingin.



Hotel Manandang
Jalan Pemuda No. 4 Waikabubak, Sumba Barat, Indonesia
Telp: (0387)21197, Email : hotelmanandang@yahoo.com



End.


Southwest Sumba & Treasure Part - 1
http://johntravelonearth.blogspot.co.id/2015/10/southwest-sumba-treasure-part-1.html

Southwest Sumba & Treasure Part - 2
http://johntravelonearth.blogspot.co.id/2015/10/southwest-sumba-treasure-part-2.html

Musim Gugur Di Nusa Penida
http://johntravelonearth.blogspot.co.id/2015/10/musim-gugur-di-nusa-penida.html

East Sumba - Land Of A Thousand Savannahs - Part 1





















No comments:

Post a Comment